KATA
PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim.
Assalaamu`alaikum,
Wr, Wb.
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, milik Allah semata, Pencipta langit dan bumi,
pembuat gelap dan terang, karena limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas ini. dan tidak lupa kami haturkan shalawat dan
salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Adapun masalah yang kami
angkat dalam tugas ini yaitu yang berkaitan dengan MANUSIA dan KEGELISAHAN.
Meskipun
dalam penyusunannya masih terdapat kekurangan, kami mengharapkan kritik dan
saran positif dari pihak pembaca guna menambah pengetahuan dan wawasan kami
tentang hakikat Manusia itu sendiri dan gejala timbulnya kegelisahan dalam jiwa
seseorang.
Wassalaamu’alaikum, Wr, Wb.
DAFTAR ISI
Cover
........................................................................................................i
Kata Pengantar
:………………………………………………………... ii
Daftar Isi :………………………………………………………………
iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 : Latar Belakang Masalah :………………………………...........1
1.2 : Rumusan Masalah :.....................................................................1
1.3 : Tujuan Penulisan :……………………………………………...1
1.4 : Manfaat Penulisan :…………………………………………….2
BAB II : PEMBAHASAN
A
Pengertian Kegelisahan…………………………... .................3
B
Keterasingan……………………………………… .................7
C
Kesepian…………………………………………....................10
D
Ketidakpastian……………………………………. ................10
E Manusia
dan Kegelisahan…………………………. ................12
BAB II : KESIMPULAN………………………………........………. ..14
Daftar Pustaka...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia suatu saat dalam hidupnya
akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan ini, apabila cukup lama hinggap pada
manusia, akan menyebabkan suatu gagguan penyakit. Kegelisahan yang cukup lama
akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia. Kegelisahan hanya dapat
diketahui dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi
tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya,
misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala,
duduk merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara,
dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah
kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara
definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang
diinginkan tidak tercapai.
Tragedi dunia modern tidak sedikit
dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang
meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup, keadaan
yang tidak stabil, dan seterusnya. Kegelisahan dalam konteks budaya dapatlah
dikatakan sebagai akibat adanya instink manusia untuk berbudaya, yaitu sebagai
upaya untuk mencari “kesempurnaan”. Atau, dari segi batin manusia, gelisah
sebagai akibat noda dosa pada hati manusia. Dan tidak jarang akibat kegelisahan
seseorang, sekaligus membuat orang lain menjadi korbannya.
Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas
akan menjadi bahan bahasan dalam materi kita kali ini yang berjudul “ Manusia
Dan Kegelisahan”.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri kegelisahan?
2. Apa saja
yang menjadi penyebab kegelisahan?
4. Bagaimana solusi yang dapat
diberikan dari permasalahan-permasalahan kegelisahan?
C. Tujuan
Penulisan
1. Menjelaskan
pengertian kegelisahan
2. Mendeskripsikan
ciri-ciri kegelisahan
3. Mendeskripsikan hal-hal yang
menjadi penyebab dari kegelisahan.
4. Mendeskripsikan solusi yang
dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan
kegelisahan.
D.
Manfaat Penulisan
1. Bagi
Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam
mengajar agar para peserta didiknya dapat
berkonsentrasi dalam belajar sehingga dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
2. Bagi
Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian
belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan
kualitas pendidikan pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
‘‘MANUSIA DAN KEGELISAHAN’’
A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata
“gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu
khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan
sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun
perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik.
Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia
yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut.
Manusia suatu saat dalam hidupnya
akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan ini, apabila cukup lama hinggap pada
manusia, akan menyebabkan suatu gagguan penyakit. Kegelisahan yang cukup lama akan
menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Kegelisahan hanya dapat diketahui
dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu.
Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya
berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk
merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan
lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan
atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi
dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan
tidak tercapai.
Tragedi dunia modern tidak sedikit
dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang
meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup, keadaan
yang tidak stabil, dan seterusnya. Kegelisahan dalam konteks budaya dapatlah
dikatakan sebagai akibat adanya instink manusia untuk berbudaya, yaitu sebagai
upaya untuk mencari “kesempurnaan”. Atau, dari segi batin manusia, gelisah
sebagai akibat noda dosa pada hati manusia. Dan tidak jarang akibat kegelisahan
seseorang, sekaligus membuat orang lain menjadi korbannya. Penyebab kegelisahan
dapat pula dikatakan akibat mempunyai kemampuan untuk membaca dunia dan
mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi
gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka
hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar
dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang
demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan
murni tanpa mengetahui apa penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia
berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini
silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia.
Tentang perasaan cemas ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga
macam, yaitu :
- Kecemasan obyektif (kenyataan), kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh :
Tini seorang ibu muda, mempunyai
anak berumur dua tahun, Tina namanya. Tina
umbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir
seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina.
Ia keluar kerja demi Tina, anak yang
baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang
air. Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus
dirawat di rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi
ibunya harus vmeninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib
anaknya Pada contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kecemasan yang diderita
oleh ibu Tini adalah karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2
Kecemasan neurotik (saraf). Kecemasan
ini timbul akibat pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund
freud kecemasan ini dibagi dalam tiga macam, yakni :
a)
Kecemasan yang timbul akibat
penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan ini timbul karena orang itu takut
akan bayangannya sendiri, atau takut akan idenya sendiri, sehingga menekan dan
menguasai ego.
Contoh :
Ujang anak laki-laki berumur 10
tahun, duduk di kelas 4 SD. Pada suatu hari ia diberi tahu ayahnya bahwa bulan
depan ayahnya pindah ke kota
lain. Mereka sekeluarga harus pindah. Sudah tentu ia harus ikut. Jadi, ia harus
pindah sekolah ke kota
tempat ayahnya bertugas. Ibunya tampak gelisah, karena ia telah merasa betah
tinggal di tempat itu berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan
memajukan ibu-ibu. Lebih-lebih Ujang, karena baik di kampong maupun di sekolah
ia memiliki banyak kawan. Ia takut kalau di tempat baru kelak ia tidak merasa
betah. Namun bila tidak ikut pindah, ia akan ikut siapa?. Bila ikut pindah,
bagaimana suasana di tempat baru nanti?Ia takut pada bayangannya sendiri.
b)
Rasa takut irasional atau
fobia. Rasa takut ini mudah menular sehingga kadang-kadang tanpa alasan dan
hanya karena pandangan saja, yang kemudia dilanjutkan dengan khayalan yang kuat
dan dapat menimbulkan rasa takut.
Contoh :
Orang takut ular, binatang berbulu,
atau takut lintah. Rasa takut seperti ini dapat kita tekan, sehingga berkurang,
atau hilang sama sekali. Pengalaman ketika kecil dapat menjadikan anak takut
akan sesuatu, seperti benda tajam, takut darah, dan sebagainya.
c)
Rasa takut lain seperti rasa
gugup, gagap, dan sebagainya.
Contoh :
Seseorang yang tidak bisa menyanyi
atau bicara di depan umum, sekonyong-konyong diminta untuk menyanyi atau
berpidato, ia akan gelisah, gemetar, dan hilang keseimbangan, sehingga sulit
berbicara atau bernyanyi.
- Kecemasan moral
Tiap
pribadi memiliki bermacam-macam emosi, antara lain : iri, benci, dendam,
dengki, marah,takut, gelisah, cinta, rasa kurang (inferiot). Sifat seperti rasa
iri, benci, dengki, dendam dan sebagainya adalah sifat yang tidak terpuji baik
diantara sesama manusia, maupun dihadapan Tuhan. Dengan adanya sifat itu,
seseorang akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa. Setiap
orang memiliki emosi, dan emosi penting bagi kemajuan.
Namun,
emosi tidak terbendung akan menyebabkan perasaan–perasaan cemas, gelisah,
khawatir, benci dan perasaan negatif lainnya. Perasaan itu demikian hebatnya,
sehingga dapat mendesak dan mengusir pikiranpikiran tenang, tentram, segar, dan
damai.
Contoh :
Datuk Maringgih iri melihat kemajuan
usaha Bagindo Sulaiman, ayah Siti Nurbaya. Hatinya selalu gelisah, takut
usahanya akan mati, kalah bersaing. Karena itu, ia menyuruh orang agar membakar
toko Bagindo Sulaiman.(Siti Nurbaya – Marah Rusli).
Sebab – sebab orang gelisah
Bila dikaji, sebab–sebab orang
gelisah adalah karena pada hakikatnya orang takut kehilangan hak–haknya. Hal
itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
Contoh :
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya
banjir, gunung meletus, atau perampokan), orang tentu akan gelisah. Hal itu
disebabkan karena adanya bahaya yang mengancam akan hilangnya beberapa hak
orang sekaligus, misalnya hak hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan,
hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik. Misalnya kentongan yang
dipukul terus–menerus dan bersaut–sautan makin lama makin dekat, membuat
orang–orang gelisah. Apakah yang akan terjadi? Meskipun peristiwa belum ada,
tetapi hal itu merupakan tanda bahaya.
Usaha – usaha mengatasi kegelisahan
Dalam mengatasi kegelisahan
diperlukan nilai-nilai agama seperti bersifat qana’ah (berpikir positif).
pertama–tama harus dimulai dari diri sendiri, yaitu bersikap tenang. Dengan
bersikap tenang, sehingga ketidaksabaran atau kecemasnnya dapat dikurangi
dengan berdo’a kepada Tuhan serta berusaha keras untuk mengatasi hal yang
membuatnya menjadi gelisah dan mungkin segala kesulitan dapat diatasi.
Contoh :
Dokter yang menghadapi anak atau
istrinya yang sedang sakit, justru tidak dapat merasa tenang, karena ada
ancaman terhadap haknya. Ia tidak dapat berbuat apa–apa bila menghadapi
keluarganya yang sakit, karena ia merasa khawatir. Dalam hal ini ia harus
bersikap seperti menghadapi pasien yang bukan keluarganya.
Cara lain untuk mengatasi
kegelisahan, manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, takwa, dan amal
shaleh. Seperti firman Allah SWT yang artinya : “sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ditimpa kesusahan, ia
berkeluh kesah, tetapi bila mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali
orang–orang yang mengerjakan shalat, mereka yang tetap mengerjakan shalatnya,
dan orang–orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang miskin
(yang tidak dapat meminta), dan orang–orang yang mempercayai hari pembalasan,
dan orang–orang yang takutterhadap adzab Tuhannya ”. (Q.S. Al-Ma’aarij : 19-27)
Hanya dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan dan memasrahkan diri kepada
Tuhan, maka hati gelisah manusia akan hilang. Mendekatkan diri bukan hanya
dengan cara melalui hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga melalui
hubungan horizontal dengan sesama manusia sebagaimana yang diperitahkan oleh
Tuhan.
Kegelisahan Apa dan Mengapa?
Secara lentur, kegelisahan dapat
dikatakan sebagai rasa tidak tentram, rasa selalu khawatir, rasa tidak tenang,
rasa tidak sabar, cemas, dan semacamnya. Yang jelas kegelisahan berkaitan
dengan rasa yang berkembang dalam diri manusia. Sebagai fenomen universal,
artinya mendera manusia manapun, kegelisahan bisa muncul akibat faktor penyebab
yang berbeda–beda. Upaya mengidentifikasikan adanya berbagai macam kegelisahan
atau kecemasan tidaklah semata–mata menjadi kapasitas dunia keilmuan, yang
dalam konteks ini diwakili oleh pemikiran Freud, dokter Austria yang
gema pengaruhnya mampu menembus disiplin–disiplin psikologi, psikiatri,
sosiologi, antropologi, dan bahkan filsafat. Akan tetapi, dengan cara tutur
yang berbeda, upaya identifikasi tersebut sudah dilakukan oleh seniman. Ini
boleh jadi lantaran kegelisahan, boleh dibilang sebagai fenomena yang paling
lengket dalam diri manusia.
Seniman memandang alam berbeda
dengan pandangan seseorang yang bukan seniman. Kadang–kadang satu hal yang
sepele menurut orang biasa, tetapi lewat garapan imajinasi seorang seniman
menjadi lebih berarti. Namun demikian, satu hal yang tidak bisa dipungkiri
bahwa setiap seniman adalah seorang pencari yang tak pernah menemukan. Dalam
pencarian, ia gelisah mencari dan terus mencari. Ia mencari ke dalam alam
fisik, terutama ke dalam alam rohani. Ia merambah waktu dan zaman dan ia
membuka simpul–simpul kerahasiaan. Seperti manusia umumnya, seniman pun
ditengah pencariannya selalu merasa gelisah. Merasa adanya ketidaktenangan di
tengah ketenangan yang dicarinya. Ini bisa dimengerti mengingat seniman
bagaimanapun adalah bagian dari masyarakat yang juga memikirkan situasi
masyarakat sekitarnya. Dalam dunia seni dan sastra, suatu kondisi objektif
tidak hanya berpengaruh terhadap pesan–pesan yang ingin disampaikan seseorang
melalui arya–karya seni dan sastranya. Akan tetapi lebih luas dari itu, bahkan
kondisi–kondisi tertentu ikut berpengaruh terhadap proses kreativitas sang
seniman.
Fenomen kegelisahan yang neurotik,
sebagai buah dari gangguan kejiwaan, tidak jarang dialami, misalnya oleh mereka
yang mengidap paranoia, suatu gejala kejiwaan yang senantiasa mendorong
si penderita untuk gampang curiga, atau mereka – mereka yang mengidap phobia,
suatu gejala ketakutan irrasional.
Sebagimana diketahui, setiap orang
memiliki berbagai emosi, seperti misalnya iri, benci, marah, takut, cinta,
rendah diri, dan lain sebagainya. Sebenarnya, emosi penting bagi kemajuan
manusia. Akan tetapi, apabila manusia tidak mampu membendung emosinya sendiri,
tidak mampu mengendalikan emosinya sendiri, atau tidak ada keinginan untuk
mengarahkan emosinya sendiri, justru bukan kemajuan yang akan menyebabkan
timbulnya berbagai perasaan negatif seperti cemas, gelisah, khawatir,dan
semacamnya. Carlyle dalam buku on heroes, hero wor ship, and
the heroic history membagi manusia menjadi dua kelompok. Yang pertama
adalah para heroes, yaitu para pahlawan atau orang–orang besar. Dan yang kedua
adalah orang–orang biasa. Hubungan kedua kelompok tersebut dengan kegelisahan
ialah kelompok pertama adalah orang–orang yang diberi kelebihan oleh Tuhan
untuk memimpin. Ada
diantara mereka negarawan, seperti misalnya Napoleon, ada yang Nabi, seperti
Muhammad SAW, dan ada pula yang intelektual, seperti misalnya Dante, Shakes
Peare, dan beberapa filusuf lainnya. Mereka mempunyai kemampuan untuk membaca
dunia dan mengetahui misteri kehidupan. Dengan adanya kemampuan inilah mereka
gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah. Mereka sering
merasa hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Mereka berusaha mengatur
kehidupan orang lain untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Mereka berusaha untuk mengajarkan
hakiki kebenaran kepada sesama manusia, dan mereka berusaha untuk menjabarkan
misteri kehidupan yang tidak terlihat oleh orang lain, dan menumbuhkan suasana
harmonis dari masing–masing ciri manusia yang bertentangan dan saling
menghancurkan. Disamping kegelisahan yang sudah disebut di atas, yaitu yang
tidak diketahui sebabnya dan karena itu nampaknya tidak mempunyai dasar, dalam
menjalankan tugas-tugas ini mereka juga ditimpa oleh kegelisahan lain, yaitu
kegelisahan akan menemui kegagalan. Kelompok kedua adalah orang–orang biasa,
yang tidak mempunyai kemampuan seperti kelompok pertama. Mereka juga tidak
terlepas dari
kegelisahan, hanya saja kegelisahan
mereka tidak sesyahdu kegelisahan pertama orang–orang besar. Dengan diberikan
kesibukan, mungkin kegelisahan mereka akan hilang. Sebaliknya, pertama
orang–orang besar mungkin tidak dapat dihapus dengan sekedar mencari kesibukan.
Jiwa mereka pasti mencari–cari terus, sering tanpa mengetahui apa yang
dicarinya.
B. Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata
terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak
dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan,
terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal
yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau
terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah keterasingan, yang
jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian dari hidup
manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun memiliki sifat
universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal perbedaan manusia.
Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami keterasingan ini,
meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh :
1)
Jaksa Penuntut Umum menganggap
Tahir Bin Jarot sebagai keturunan penjahat. Ia menjadi penjahat, karena dalam
darahnya mengalir darah penjahat. Ia sangat berbahaya, karena itu ia harus
dibuang ke Nusa Kambangan selama 7 tahun. Di sana ia mengalami keterasingan.
2)
Murni gadis lincah, bebas, dan
pandai bergaul. Kawannya banyak dan hilir mudik bergantian datang dan mengajak
pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia
tidak pernah menampakkan diri dan tak ada kawan yang hilir mudik datang
berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan diri di kamar, malu keluar. Ia
hidup dalam keterasingan.
Sebab – sebab keterasingan
Bila kita memperhatikan contoh (1)
jelas bahwa Tahrir terasing karena mendapat hukuman. Mungkin setelah bebas dari
Lembaga Pemasyarakatan , ia kurang dapat diterima oleh masyarakat.
sedangkan pada contoh (2), Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya,
hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi,
sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
1.
Perbuatan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh atau sombong. Sikap
dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi orang lain,
lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita ini, bilamana
ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak antara orang satu
dengan lainnya.
Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul
lantaran seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain
negatif seperti misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh,
kaku, pemarah, dan semacamnya. Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong
ialah sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan
kawan dan mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang bersikap
seperti itu, sebab takut terjadi konflik batin atau konflik fisik.
2.
sikap rendah diri. Sikap rendah
diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau
merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau
kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi,
bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri,
tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara
lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya,
dan karena kesalahan perbuatannya.
a.
Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik tidak perlu membuat
hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali manusia
memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat fisik,
maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam
keterasingan.
- Keterasingan karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah
anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula
merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan
lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa
rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan kekayaannya,
meskipun tanpa disengaja.
- Keterasingan karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa rendah
diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang
yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman. Dalam pergaulan orang-orang
yang berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya menyendiri,
mengasingkan diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut
salah,juga takut ditanya, takut jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan
diri dari pergaulan. Akan tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada
mereka yang berlagak pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.
Contoh :
1.
Akil yang merasa berpendidikan
rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu. Apalagi
tamu-tamu itu sebentarsebentar mempergunakan bahasa asing yang belum pernah
didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah dengan
mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari mereka.
Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.
2.
Lain halnya dengan Dodo,
biarpun pendidikannya rendah, ia tidak perduli. Dalam pertemuan ia tanya sini
tanya sana ,
sehingga tidak jarang membuat orang heran, sebab pertanyaan tidak dapat
dimengerti sebaliknya bila ditanya lain pula jawabannya. Akhirnya ia kurang
diperhatikan orang dan tersisihkan dari pergaulan.
d.
Keterasingan karena
perbuatannya Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia
rasanya sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari
perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak
perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Contoh :
Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai
orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai
tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran
bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi
tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak pernah datang.
Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam keterasingan.
1.
Takut kehilangan hak.
Contoh :
1)
Orang yang mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar
menantang orang dan mengajaknya berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah.
Ia tak kenal istilah musyawarah, akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan
menjauhinya, sehingga ia terasing dari pergaulan.
2)
Dede seorang anak anggota
militer. Setiap bertengkar dengan kawan-kawannya selalu membawa nama bapaknya,
sehingga kawan-kawannya segan bergaul dengannya. Akibatnya ia tak berkawan,
hidup hanya dengan keluarganya sendiri, ia hidup dalam keterasingan. Jadi, bila
kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan haknya.
Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa
lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia segera
mengajaknya berkelahi. Demikian Marni, karena perbuatannya yang melanggar
susila, ia takut kehilangan hak nama baiknya.
- Kerinduan.
Kadang-kadang
keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik
terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah
satu hal yang wajar apabila seseorang yang berada jauh dari keluarga akan
merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang
demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa terasing,
kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.
Usaha-usaha untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan
biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau
karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini
diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap
semua yang mereka lakukan adalah benar. Lain halnya dengan orang yang rendah
diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk
meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu
dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi
biasa.
C. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi,
artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kendaraan, tidak
banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan sebagainya. Kesepian
adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Contoh :
- setelah anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.
- Setelah tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orangorang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
- karena pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hariitu hujan lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali. Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya
kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak mau
diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan
sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri.
Contoh :
Pangeran Sidharta, putra raja
Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan.
Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh
penderitaan, maka ia meninggalkan istana dan pergi ke hutan ke tempat yang
lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.
Bila kita perhatikan sepintas lalu
mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa, tetapi sebenarnya tidak sama,
walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan antara keduanya hanya terletak
pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan
sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi kawankawan
sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing, terpencil dari
keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.
D. Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata
tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang
dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat
pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan
oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian
atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti
pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya,
ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu
menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
Menurut Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan
Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir dengan
pasti.
Sebab-sebab itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurose
jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya
tentang hal-hal yang takmenyenangkan, atau penyebab lain yang tidak diketahui
oleh penderita.
Misalnya selalu berpikir ada orang
yang ingin menjatuhkan dia.
Contoh :
Seorang pedagang yang maju pesat,
pada suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin menjatuhkannya.
Pikirannya itu semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia mengalami kerugian.
2.
Phobie
yaitu rasa ketakutan yang
takterkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa
diketahui sebab-sebabnya.
Contoh :
Orang yang takut terhadap tempat
yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki.
Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3. Kompulasi
Ialah adanya keraguan yang sangat
mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak
disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali.
Contoh :
Keinginannya mengambil barang orang
(mencuri), padahal barang itu tidak bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata
ingin membelinya.
4. Histeria
Ialah neurose jiwa yang disebabkan
oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan
syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain.
Contoh :
Neneng, seorang gadis yang cukup
manis, suatu hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang
belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di
rumah dia beteriak histeris.
5. Delusi
Menunjukan pikiran yang tidak beres,
karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak ada
dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman. Delusi ini ada tiga macam,
yaitu :
a.
Delusi persekusi
menganggap adanya keadaan yang jelek di
sekitarnya. Akibatnya, banyak orang menjauhinya.
b.
Delusi keagungan
menganggap dirinya orang penting dan
besar. Orang seperti ini biasanya gila hormat dan menganggap orang di
sekitarnya tidak penting. Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama
dengan delusi persekusi.
c.
Delusi melancholis
merasa dirinya bersalah, hina dan
berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium
tremens., hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia
kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu
yang belum pernah dialami.
6. Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa
rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada
pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga berhalusinasi.
Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk atau pemakai
obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat
tekanantekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak
pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya
itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan (sendiri).
Contoh :
Atang memang seorang peminum. Bila sedang
marah, ia makin banyak minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak
menentu.
7. Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu, seseorang
sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah menguasai keseluruhan
pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan, pusing-pusing, muka merah,
nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa apatis atau
bias juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam gerakan-gerakan larilarian,
menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa
www.aadesanjaya.blogspot.com 19 kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak
bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu
bahasa, atau termenung menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat
berpikir dengan tenang dan baik.
Untuk mengatasi atau menghilangkan
pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui
penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu
diajak ke psikolog.
E. Manusia dan Kegelisahan
Gelisah tergolong penyakit batin,
istimewanya penyakit ini dapat menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan
bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih
luas. Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau
orang yang mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama
orang yang pernah mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut
untuk dituntut. Begitu pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut
kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan
sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.
Penyakit hati yang satu ini berbeda
dengan penyakit-penyakit yang ada di dalam tubuh kita. Sebab tiada kuman
seperti penyakit biasa, obatnya pun tidak ada yang menjualnya. Kuman-kuman
penyakit batin tak akan dapat dilihat dengan mikroskop, yang dapat melihat
adalah hanya matahati orang bersangkutan. Jawaban yang paling tepat dengan
penyakit yang satu ini adalah kita kembali kepada “iman”. Jelasnya bila iman
seseorang itu tebal maka tidak akan kejangkitan penyakit atau perasaan gelisah.
Sebab orang yang beriman kuat selalu ingat kepada Tuhan. Orang yang imannya
kuat yakin benar bahwa apa yang akan terjadi atas dirinya itu sudah ada dalam
suratan Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya : “Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya selain Dia ; dan Dia
mengetahui apa-apa yang ada di lautan ; dan tiada sehelai daun pun yang gugur,
melainkan sepengetahuan Dia ; dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan
bumi dan tidak sesuatu yang basah atau kering, melainkan sudah tertulis dalam
kitab yang nyata.” (Q.S. Al-An’am : 59).
Disamping itu pula agar seseorang
tidak menjadi gelisah, marilah kita selalu mengingat akan firman Allah yang
tersirat dalam Al-Qur’an, surat Ar-Ra’d, ayat 28 yang artinya : “ketahuilah
bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah hati akan menjadi tenang dan
tentram.”
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan mengenai MANUSIA
dan KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada bab terdahulu, maka kami
dapat menyimpulkan bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap
manusia, dengan tidak memperdulikan segala latar belakang dan kemampuannya,
pasti akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relatif ringan
ataupun berat. Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia
mempunyai hati dan perasaan.
Berbicara tentang manusia, berbicara
pula tentang media tempat manusia hidup yaitu Dunia. Untuk bisa memahami
hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan
manusia didunia. Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan
kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia. Apabila manusia tidak bisa
menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan.
sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas).
Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik yang
juga memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan.
Adapun bentuk-bentuk kegelisahan berupa keterasingan, kesepian, dan
ketidakpastian mempunyai hubungan yang erat dan mempengaruhi satu sama lain.
Keterasingan dalam satu dan lain kesempatan bisa membuahkan kegelisahan. Dan
sebaliknya, kegelisahan yang begitu hebat bisa saja menimbulkan keterasingan.
Kemudian dari keterasingan yang dialami seseorang bisa saja menciptakan kondisi
kesepian dan karena kesepian itupun bisa saja menimbulkan ketidakpastian.
Keterasingan bisa jadi merupakan perilaku sosiopatik dan sikap apatis yang tidak
menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup
sendiri.
Untuk mengatasi kegelisahan yang
dialami manusia, cara yang paling ampuh adalah kita dituntut untuk bersifat
qana’ah (berpikir positif) kembalikan semuanya kepada Allah SWT dan selalu
mengingat Dia.
DAFTAR
PUSTAKA
Hari Cahyono, Cheppy. 1987. Ilmu
Budaya Dasar. Surabaya
: Usaha Nasional.
Mustofa, Ahmad. 1998. Ilmu Budaya
Dasar. Bandung
: CV Pustaka Setia.
Widhagdho, Djoko.
2004. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya
: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar